Minggu, 23 Januari 2011

Kematian tak akan pernah menjadi salah satunya

Kematian tak akan pernah menjadi salah satunya

 

Bismillah..

HIkmah apa yang mau diambil hari ini ?

Suatu hari Harun Ar-rasyid pergi berburu . Ditengah perjalanan ia bertemu dengan seseorang yang bernama Buhlul. Harun berkata, “Berilah aku nasehat , wahai Buhlul!”. Lalul lelaki itu berkata, “Wahai Amirul mu’minin, dimanakah bapak dan kakek-kakekmu, dari sejak rasulullah hingga bapakmu?”. Harun menjawab, “Semuanya telah mati”. “Dimana Istana mereka?” Tanya Buhlul. “Itu istana mereka” jawab Harun. “Lalu dimana kuburan mereka?”. “Ini. Di sini kuburan mereka” jawab Harun. Buhlul berkata, “Di situ istana mereka, dan di sini kuburan mereka. Bukankah istana itu sedikit pun tidak member manfaat bagi mereka, sekarang?”. “Kamu benar. Tambahlah nasehatmu, wahai Buhlul!” kata Harun.

 

“Wahai Amirul mu’minin, engkau diberi kekuasaan atas perbendaharaan Kisra dan diberi umur panjang. Lalu apa yang kau perbuat? Bukankah kuburanadalah terminal akhir bagi setiap yang hidup, kemudian engkau akan disidang tentang berbagai masalah ?”. “Tentu” kata Harun.

 

Setelah itu Harun pulang dan jatuh sakit. Setelah beberapa hari menderita sakit, sampailah ajal menjemputnya. Pada detik-detik terakhir kehidupannya, ia berteriak kepada punggawanya, “Kumpulkanlah semua tentaraku”. Maka datanglah mereka ke hadapan Harun,lengkap dengan pedang dan perisai. Begitu banyak, sehingga tak ada yang tahu jumlahnya kecuali Allah. Seluruhnya berada di bawah komando Harun. Melihat mereka, Harun menangis dan berkata, “Wahai Dzat yang tidak pernah kehilangan kekuasaan, kasihanilah hamba-MU yang telah kehilangan kekuasaan ini”. Tangisan itu tak berhenti hingga ajal mencabut nyawanya (Malam pertama di Alam kubur : Aidh Al qarni). 

 

Tentang a review abouth death. Yahh.. diantara ketidakpastian dalam hidup kita, kematian tidak pernah menjadi salah satunya. Karenanya, mengingat dan merencanakan kematian adalah hal yang ‘tidak pernah’ menjadi kesia-siaan.  Kematian pasti kan datang , pasti akan dialami setiap kita.

 

Ketika detik-detik kegelisahan datang. Saat-saat menunggu ketidakpastian, saat-saat resah memilih jalan hidup mengingat kematian memberi ketentraman. Meredam hati yang berubah-ubah meledak-ledak. Menginsyafi keinginan-keinginan hidup yang mengawang-awang.

 

Menyisakan pertanyaan : “Kalau kau hanya punya hari ini, apa yang kau lakukan?..”.

Dan  saya jawab: “Mengoptimalkan ikhtiar dan tawakal, hanya untuk hari ini”.

Yah hanya untuk hari ini…

Hayu lanjutkan hidup J..

 

 

  

Rabu, 05 Januari 2011

The Defend of Unmarried Woman

Rewrite again Dec 6th 2010

 Ayooo menulis J (Seri belajar bercerita)


Bismillahh

Pekan yang lalu, pagi itu sy sedang bersemangat memulai hari, dan tiba2 seseorang menyapa. Dosen senior di kampus. Sudah lama saya tidak menegur beliau,karena kesibukan yang menyita kalau bertemu kami hanya lempar senyuman dan berlalu.

 “Apa kabar Dian? Apa jadi meneruskan kuliah? Dian sudah tunangan kan ?” kira2 seperti ini sejumlah pertanyaan mengalir deras. Sampai bingung jawabnya

 

”Alhamdulilahh, sampai sekarang belum tau bu, saya masih menyelesaikan urusan administrasi saya, tunangan? Saya belum bertunangan”.

 

Beliau bertanya lagi kira2 seperti ini pertanyaannnya “Oh.. bukannya Dian sudah tunangan? Atau bukannya punya pacar”

 

“Enggak Bu, saya tidak bertunangan, tidak juga punya pacar”

 

Setelah pertanyaan beruntun tersebut, mulailah kami berbicara tentang pernikahan. Kata beliau ada mahasiswi S3 nya yang tadinya sudah dikhitbah tidak jadi menikah karena calonnya memutuskan untuk menikahi wanita lain karena terlalu lama menunggu wanita ini untuk menyelesaikan studynya (dari S2). Kebetulan saya kenal dengan wanita yang dibicarakan dosen saya ini. Saya katakan laki2 tersebut tidak baik dan bodoh karena menurut saya wanita yang ditinggalkannya taat agama, cantik, dan juga pintar serta Alloh akan memberikan yang lebih baik untuk wanita ini (amin).

 

Panjang cerita akhirnya kami berbicara banyak soal pernikahan. Saya katakan pernikahan itu dari Alloh. Bukan berarti mereka yang menikah adalah orang2 baik dan sebaliknya mereka yang belum menikah adalah orang2 yang tidak baik. Saya menambahkan, apalagi untuk wanita tidak lazim bagi mereka untuk ‘berburu’ pasangan hidup, paling tidak untuk saya dan keluarga saya itu suatu hal yang tabu.Yah intinya mah.. tawakal saja.. dan jangan menilai orang terlalu cepat hanya dari statusnya saja. Menikah atau belum menikah sama2 orang baik. Bagi mereka yang belum menikah, bukan berarti mereka orang ‘jahat’ ataupun ‘tidak normal’. Kira2 begitu closing statement saya dan beliau menyetujui.

 

Ufhh.. pagi2… dah kena “marriage stuff”… @_@...

 

Saya meneruskan langkah saya ke ruangan dosen lainnya, ada perlu dengan beliau. Kebetulan ruangannya bersebelahan dengan koridor tempat saya disapa oleh dosen senior tadi. Maka bisa ditebak apapun yang saya katakan terdengar diruang sebelahnya (wew *_*). Baru saja saya melangkah masuk ke ruangan besar tersebut. Teman saya yang sedang kuliah S2 dan dosen junior tersebut tersenyum-senyum, dan tertawa kecil menatap saya lekat-lekat. Hmm.. ada apa ya? Pikir saya dalam hati. Mereka mendengar percakapan saya tadi dan mulai membicarakannya. Kebetulan mereka berdua ini belum menikah juga. Dosen junior ini baru saja menyelesaikan S3, umurnya 27 tahun. Umur kami bertiga memang bisa dikatakan tidak jauh berbeda.

 

Mereka melanjutkan, semua wanita yang belum menikah itu punya cara untuk membela diri mereka sendiri. Saya tersenyum dan tertawa kecil (Ooo baru ngeh arti senyuman mereka), saya katakan ya memang seharusnya seperti itu. Saya katakan kepada mereka, “Saya selalu berhasil membela diri saya, dan memang benar 'semuanya itu dari Alloh' ”. Intinya si, saya melanjutkan, pertanyaan2 tentang pernikahan akan selalu ada mungkin kadang sedikit “mengganggu” tapi yah tanggapi saja semua pertanyaan tersebut dengan jujur dan sabar.

 

Sebelumnya saya nggak kepikiran”O ada ya pembelaan wanita2 yang belum menikah”. Sampai hari itu saya jadi tersadar  “Yah, memang ada”.. JJJ (krik krik…)

 

“Kalau bukan kita yang membela diri kita sendiri?? yah siapa lagi ??” pikir saya.

Xixixixi ^__________^

 

Ayo lanjutkan hidup!!

Sabtu, 01 Januari 2011

Wanita 'Khusus Wanita'

Early October 2010

Bismillahhirrohmaanirrohim..

Setelah lama tidak menulis dan mengikat makna. Sudah berapa abad dian gak  posting tulisan original ? Wahh.. it feels like a century already.

Oke shall we?

Wanita, “Khusus wanita”

Hap.. akhirnya saya berada di kereta jurusan Jakarta-Bogor. Setelah  perdebatan antara berangkat atau tidak ke Bogor, siang itu saya berhasil memburu kereta tercepat yang segera berangkat,leganya… Perdebatan yang dipicu karena musim pancaroba yang mulai melanda Jakarta. Jakarta mulai memasuki musim pancaroba sejak tanggal 23 september yang lalu dan kini menjadi sering hujan. Saluran air yang tersumbat sampah ditambah dengan system sanitasi yang buruk menjadikan jalan-jalan terendam air setelah hujan, dan ketika rendaman air meninggi jadilah ‘banjir’ yang sebenarnya.

Memutuskan ke Bogor berarti mengambil resiko pulang ke Jakarta tanpa tahu bisa sampai rumah atau tidak. Setidaknya ini berlaku untuk saya. Rumah saya Alhamdulillah tidak terkena banjir, namun jalan-jalan yang menuju ke rumah akan tergenang air. Kalau sudah begini peluang untuk sampai di rumah menjadi ‘kecil’.Jadi pilihannya antara ke Bogor dengan “menginap” atau tidak usah ke bogor sama sekali. Alhamdulillah, setelah mendapatkan tempat menginap, akhirnya duha itu saya memutuskan ke Bogor. Tergesa-gesa saya berangkat dari rumah berharap dapat sampai di stasiun  dan tidak tertingal kereta.

gerbong khusus wanita dr  kompas.jpgGerbong yang saya naiki tampak sepi.” Hmm.. “ saya bergumam dalam hati setelah setengah berlari menuju gerbong kereta ini. “Sepi keretanya, tapi kok…” setelah saya perhatikan, di gerbong sebelahnya lebih ramai dan setelah saya perhatikan lebih lanjut saya melihat ada stiker merah muda di dinding. “Ohh…. Ini gerbong khusus wanita…”  terjawab sudah pertanyaan yang tadi sempat mampir di pikiran saya. Gerbong yang cukup nyaman, setidaknya kalau berdesak-desakan tidak campur dengan laki-laki, lebih tenang rasanya, pikir saya


Satu, dua, orang wanita mulai memenuhi gerbong khusus wanita dan ternyata ada bapak-bapak yang ikut masuk gerbong ini. Saya jadi penasaran kira-kira apa reaksi orang yang ditanggungjawabi (PJ) untuk menjaga gerbong ini. Semenit, dua menit.. tidak ada reaksi dari penumpang gerbong ini. Akhirnya, “Maaf Pak, ini khusus wanita” kira-kira seperti ini PJ gerbong menegur laki-laki tersebut. PJ nya seorang wanita yang berpakaian kerja baju khas untuk pegawai kereta api plus nametag. Biru muda dan biru tua berpadu, lengkap dengan jilbab biru tua yang menutupi kepalanya. Dengan senyuman bapak ini rela untuk pindah ke gerbong lainnya. Subhanallohh..



Sepulang dari Bogor, ternyata saya juga menaiki gerbong yang khusus wanita, tapi kali ini direncanakanJ. Meskipun masih banyak laki-laki yang “nyasar” di gerbong ini kebanyakan dari mereka akan dengan ikhlas pindah ke gerbong sebelahnya meskipun harus berpisah dengan pasangan mereka. Saya menyempatkan mengobrol dengan salah dua dan salah tiga penumpang (??ck ck ..) tadinya sih cuman  ingin tahu bagaimana respon “wanita” terhadap gerbong “khusus waniita”. Mereka adalah wanita paruh baya, remaja, dan juga nenek yang bersama cucunya. Mereka menyampaikan pesan dan kesan yang intinya.. puas dengan adanya gerbong khusus wanita ini. Apalagi ada dari mereka yang pernah terkena pengalaman buruk di gerbong yang bercampur dengan laki-laki entah dicuri kalungnya dengan ditarik paksa (sampai lehernya berbekas) atau yang risih dengan “tangan2” kurang ajar laki-laki iseng.

Hikmahnya :

Gerbong khusus wanita.., meskipun masih ada pihak2 yang tidak setuju dengan keberadaan gerbong ini, Alhamdulillah gerbong ini bisa memenuhi aspirasi ‘segolongan kecil’ manusia seperti saya dan wanita2 lainnya yang “nyaman” menggunakan gerbong ini.

Semoga yang lain2 menyusul.. J (Apa yan yang lain2 xixixi J)